menyajikan berbagai tulisan tentang pengetahuan umum dan gaya hidup

Konseling Terhadap " Pengidap Penyakit Manusia Modern"


Zaman modern adalah suatu zaman yang di tandai oleh berbagai kemajuan dalam segala aspek bidang kehidupan. Di mana zaman modern merupakan peralihan masa dari zaman tradisional yang bisa di katakan merupakan bentuk kehidupan yang sederhana dengan model penghidupan yang bisa di katakan cukup sulit dan membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup banyak dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidup, menjadi suatu zaman yang di katakan lebih mudah, efisien, dan efektif, daripada zaman tradisional.

Zaman modern di katakan merupakan zaman yang efektif, efesien, instan, dan segala kemudahan yang di tawarkannya tidak terlepas dari peran ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kemajuan iptek inilah sebenarnya pembeda yang paling mendasar antara zaman tradisional dengan zaman modern.

Krisis moral bangsa menurut ahmad mubarok ditandai oleh dua hal yakni: 1) akibat penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan; dan 2) berkembanganya ilmu pengetahuan akibat kemajuan intelektual manusia. Idealnya, akibat kemajuan ini, manusia semakin mampu berpikir logis dan menggunakan berbagai teknologi untuk menngkatkan kualitas kehidupannya. Dengan kecerdasan dan bantuan tenologi,manusia seharusnya lebih bijak dan arif. Namun dalam kenyataannya, banyak kualitas kemanusiannya lebih rendah dibandingkan kemajuan berpikir dan teknologi yang telah dicapainya.[1]

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut,di samping telah menyuguhkan sejumlah dampak positif berupa kemudahan dan kesenangan hidup, juga telah memunculkan dampak negatif yang mendatangkan problem bagi kehidupan manusia.

Yang dimaksud dengan penyakit Manusia modern dalam tulisan ini adalah gangguan psikologis yang diderita oleh manusia yang hidup dalam lingkungan peradaban modern. Manusia modern idealnya adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dengan kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern mestinya lebih bijak dan arif, tetapi dalam kenyataannya banyak manusia yang kualitas kemanusiaannya lebih rendah dibanding kemajuan berfikir dan teknologi yang dicapainya. Akibat dari ketidak seimbangan itu kemudian menimbulkan gangguan kejiwaan.

Dapat dijumpai dalam realita kehidupan dimana banyak manusia yang sudah hidup dalam lingkup peradaban modern dengan mengunakan berbagai teknologi-tehnologi tinggi sebagai fasilitas hidupnya, tetapi dalam menempuh kehidupan, terjadi distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang disebabkan oleh kapasitas intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap untuk mengarungi samudera atau hutan peradaban modern.

1. Kerangkeng Manusia Modern

Ketidakberdayaan manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang terus melaju tanpa dapat dihentikan itu menyebabkan sebagian besar “manusia modern” itu terperangkap dalam situasi yang menurut istilah Psikolog Humanis terkenal, Rollo May disebut sebagai “Manusia dalam Kerangkeng” satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern.

Manusia modern seperti itu sebenarnya adalah manusia yang sudah kehilangan makna, manusia kosong, The Hollow Man. Ia resah setiap kali harus mengambil keputusann, ia tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkaan. Para sosiolog menyebutnya sebagai gejala keterasingan, alienasi, yang disebabkan oleh (a) perubahan sosial yang berlangsung sangat cepat, (b) hubungan hangat antar manusia sudah berubah menjadi hubungan yang gersang, (c) lembaga tradisionil sudah berubah menjadi lembaga rational, (d) masyarakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen, dan (e) stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas sosial.

Situasi psikologis dalam sistem sosial yang mengkungkung manusia modern itu bagaikan kerangkeng yang sangat kuat, yang membuat penghuni di dalamnya tak lagi mampu berfikir untuk mencari jalan keluar dari kerangkeng itu.

Bagaikan orang yang telah lama terkurung dalam kerangkeng, manusia modern menderita frustrasi dan berada dalam ketidakberdayaan, powerlessness. Ia tidak mampu lagi merencanakan masa depan, ia pasrah kepada nasib karena merasa tidak berdaya apa-apa.

Kerangkeng lain yang tidak kalah kuatnya adalah dalam kehidupan sosial. Manusia modern dikerangkeng oleh tuntutan sosial. Mereka merasa sangat terikat untuk mengikuti skenario sosial yang menentukan berbagai kriteria dan mengatur berbagai keharusan dalam kehidupaan sosial.

Manusia modern begitu sibuk dan bekerja keras melakukan penyesuaian diri dengan trend modern. Ia merasa sedang berjuang keras untuk memenuhi keinginannya, padahal yang sebenarnya mereka diperbudak oleh keinginan orang lain, oleh keinginan sosial. Ia sebenarnya sedang mengejar apa yang diharapkan oleh orang lain agar ia mengejarnya. Ia selalu mengukur perilaku dirinya dengan apa yang ia duga sebagai harapan orang lain. Ia boleh jadi memperoleh kepuasan, tetapi kepuasan itu sebenarnya kepuasan sekejap, yakni kepuasan dalam mempertontonkan perilaku yang dipesan oleh orang lain.

2. Gangguan Kejiwaan Manusia Modern

Sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan, maka manusia modern mengidap gangguan kejiwaan antara lain berupa :
a. Kecemasan
Perasaan cemas yang diderita manusia modern bersumber dari hilangnya makna hidup, the meaning of life. Makna hidup dimiliki oleh seseorang manakala ia memiliki kejujuran dan merasa hidupnya dibutuhkan oleh orang lain dan merasa mampu dan telah mengerjakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain.
Adapun manusia modern seperti disebutkan diatas, mereka justru tidak memilki makna hidup, karena mereka tidak memiliki prinsip hidup.

b. Kesepian
Gangguan kejiwaan berupa kesepian bersumber dari hubungan antar manusia (interpersonal) di kalangan masyarakat modern yang tidak lagi tulus dan hangat. Kegersangan hubungan antar manusia ini disebabkan karena semua manusia modern menggunakan topeng-topeng sosial untuk menutupi wajah kepribadiannya. Dalam komunikasi interpersonal,manusia modern tidak memperkenalkan dirinya sendiri, tetapi selalu menunjukannya sebagai seseorang yang sebenarnya bukan dirinya. Akibatnya setiap manusia modern memandang orang lain, maka yang dipandang juga bukan sebagai dirinya, tetapi sebagai orang yang bertopeng. Selanjutnya hubungan antar manusia tidak lagi sebagai hubungan antar kepribadian, tetapi hubungan antar topeng, yang kesemuanya mengakibatkan orang merasa kesepian karena hanya begaul dengan topeng.

c. Kebosanan
Karena hidup tak bermakna, dan hubungan dengan manusia lain terasa hambar karena ketiadaan ketulusan hati, kecemasan yang selalu mengganggu jiwanya dan kesepian yang berkepanjangan, menyebabkan manusia modern menderita gangguan kejiwaan berupa kebosanan, bosan kepada kepura-puraan, bosan kepada kepalsuan, tetapi ia tidak tahu harus melakukan apa untuk menghilangkan kebosanan itu.

d. Perilaku Menyimpang
Kecemasan, kesepian dan kebosanan yang diderita berkepanjangan, menyebabkan seseorang tidak tahu persis apa yang harus dilakukan. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka ketika seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan kepada memuaskan motif kepada hal-hal yang rendah menjadi sangat kuat. Manusia dalam tingkat gangguan kejiwaan seperti itu mudah sekali diajak atau dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan meskipun perbuatan itu menyimpang dari norma-norma moral.

e. Psikosomatik adalah gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial. Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam bentuk sakit fisik. Penderita Psikosomatik biasanya selalu mengeluh merasa tidak enak badan, jantungnya berdebar-debar, merasa lemah dan tidak bisa konsentrasi. Wujud psikosomatik bisa dalam bentuk syndrome, trauma, stress, ketergantungan kepada obat penenang/alkohol/narkotik atau berperilaku menyimpang.

3. Terapi Psikologis Untuk Manusia Modern
Bagi manusia modern yang belum terlalu parah penyakitnya, ia dapat diajak berdialog, diajak berfikir, merenung tentang apa yang telah terjadi dan seberapa sisa hidupnya.
Bagi penderita yang sudah parah, maka dialog tidak dapat menolongnya. Kepadanya sebaiknya dibawa saja dalam situasi yang tidak memberi peluang selain berfikir dan merasa berada dalam suasana religios.

4. Pandangan Hidup Muslim
Pandangan hidup muslim sekurang-kurangnya dapat diukur dari hal-hal sebagai berikut :
a. Tujuan Hidup
b. Fungsi Hidup
c. Tugas Hidup
d. Alat Hidup
e. Teladan Hidup
f. Lawan dan kawan hidup[2]

Manusia selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan hidup, dan manusia hidup memang diuji oleh Allah, dan manusia yang tunduk pada aturan Allah, Allah janjkan kebahagiaan di akhirat, sebaliknya manusia yang ingkar akan merasakan penderitaan/ kesusahan dalam hidup dan ketidak tentraman.

Kehidupan yang kompleks menuntut manusia harus kuat, baik secara jasmani maupun rohani. Semakin maju suatu bangsa tidak berarti secara otomatis semakin bahagia hidupnya. Ahmad mubarok (2000:2) mengemukakan: “Dalam zaman global seperti sekarang ini simbol-simbol zaman modern seperti yang ditampakkan oleh peradaban kota tumbuh sangat cepat, jauh melampaui kemajuan manusianya, sehingga kesenjangan antara manusia dan tempat dimana mereka hidup menjadi sangat lebar. Kesenjangan itu melahirkan problem..”

Kehidupan manusia modern yang cenderung materialistis dan terjebak kapitalis, sangat mengagungkan kenikmatan duniawi,menghendaki kebebasan dalam dunia biologis, ingin mencari harta sebanyak-banyaknya, kemudian dihabiskan untuk bersenang-bersenang secara fisik dan inderawi. Sebagian besar manusia modern menurut achmad mubarok (2003) terperangkap dalam budaya modern yang membuatnya menderita. Achmad mubarok menjelaskan manusia modern tersebut cenderung sudah kehilangan makna hidupnya, menjadi manusia yang kosong.
Banyak manusia modern yang sebenarnya tidak menemukan lagi makna hidupnya, dan mengidap berbagai gangguan psikis.[3]

A. Faktor-Faktor Yang Bisa Menjadi Sumber Masalah Bagi Manusia
Untuk menggali sumber-sumber masalah bagi manusia perlu digali factor-faktor yang bisa menjadi penghambat manusia memperoleh kebahagian. Manusia yang bahagia adalah manusia yang kepribadiannya bisa berkembang menjadi pribadi yang terintegrasi.

Dengan memperhatikan penjelasan Al-Quran tentang dimensi manusia sebagai diri atau nafs dan factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian, maka factor-faktor yang bisa menjadi sumber masalah bagi manusia adalah:
1. Jasad/fisik ( tubuh dan organ tubuh )
Manusia yang tidak dapat merawat diri dan menjaga kesehatan tubuhnya akan bermasalah. Masalah-masalah pada fisik akan berpengaruh pada kondisi psikis atau kejiwaan seseorang, meskipun tdak berarti setiap kali orang merasakan gangguan fisik akan merasakan penderitaan secara psikisnya.

2. Qalbu/ hati
Hati yang tidak suci dan tidak lagi bersih akan menjadi sumber utama munculnya kegelisahan, kekhawatiran, ketidakpuasan, kecemasan, kebosanan dan sejenisnya yang akan menjadi sumber ketidakbahagian pada diri individu. Sebaliknya hati yang suci, bersih yang diberi cahaya oleh Allah akan menjadikan seseorang merasakan ketenangan dan ketentraman serta mampu merasakana kebahagian
Rasulullah Saw bersabda, “ Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh itu tetapi bila ia rusak, maka akan rusak pulalah tubuh itu seluruhnya. Segumpal daging itu adalah hati ( kalbu )”.[4]
Mencapai kualitas hidup yang diridhai Allah Swt adalah dampak yang diharapkan, kapanpun dan dimanapun seorang itu berada, idealnya selalu berada dalam ridha Allah Swt. Al-Ghzali menyebut keridhaan (ridha’) adalah ketenangan hati (qalb) pada pilihan Allah yang berlaku kepada hamba-Nya, bahwa Allah memilih untuknya yang paling utama, individu juga merasakan kebagian hati (qalb) terhadap qadha yang pahit, ia ridha kepadanya dan membuang jauh-jauh rasa kebencian terhadap qadha yang baik itu.[5]

3. A’kal
Akal yang tidak digunakan sebagaimana bisa mendatangkan masalah. Allah SWT membekali manusia dengan akal agar ia mampu memikirkan berbagai hal dalam jalan aktivitas hidupnya. Akal yang dibimbing oleh ruh yang suci dan penggunaannya mengacu pada wahyu Allah akan melihat dan menemukan cara-cara hidup yang bisa mendatangkan kebahagian dunia dan akhirat.sebaliknya akal yang dikendalikan oleh hawa nafsu hanya mampu memikirkan kehidupan dunia dan cara-cara memperoleh kesenangan-kesenangan dunia, yang akan cenderung membuat orang merasakan berbagai goncangan psikis.

4. Lingkungan yang tidak mengembangkan aspek spiritualitas anak.
Lingkungan utama disini adalah perlakuan, pendidikan, pengalaman, yang diberikan oleh orang tua, selanjutnya budaya dimana anak itu hidup,lingkungan sosialnya. Konflik-konflik psikis akan terjadi pada anak, jika ia tidak mendapatkan ketenangan dan ketentraman hidup. Anak yang terbiasa hanya dipuaskan biologisnya akan cenderung tunduk pada hawa nafsunya.[6]

B. Macam-macam Penyakit Manusia Modern
Beberapa penyakit jiwa seperti :
1.Putus Asa
2. Kekosongan Hati
3. Ketegangan Perasaan
4. Dendam
5. Dengki
6. Cinta dunia
7.Sombong
8. Takabur
9. Menuruti Hawa Nafsu
10.dan lain-lain

Semua ini merupakan penyakit jiwa yang dapat menganggu ketenangan hidup setiap manusia. Umat islam pada abad modern ini bagaikan suci dari debu, Artinya kesucian dan kebenaran yng ada didalam islam sedikit demi sedikit ditutupi oleh debu kemungkaran, kezaliman, keingkaran, kekufuran, kemusyirikan, dan kefasikan.

Dengan demikian, kebenaran Islam mulai dihilangkan oleh umat islam sendiri dengan corak kehidupan dan aturan yang dibuatnya sendiri, sehingga secara pelan-pelan umat islam semakin jauh dari tuntunan Islam. Allah Swt berfrman:

Terjemahannya: “Dalam hati mereka ada suatu penyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka… “ (Q.S. 2:10)[7]


MODEL WAWANCARA KONSELING ISLAM

1. Pengertian Wawancara
Wawancara konseling adalah suatu relasi pribadi dengan pribadi (person to person relationship) dimana individu yang satu yang memiliki masalah dan kebutuhan tertentu meminta bantuan kepada yang lainnya”. (C.E. Erickson, 1950)

Ciri-ciri khusus yang tampak dalam wawancara konseling ialah sebagai berikut :

1. Wawancara itu merupakan relasi pribadi dengan pribadi.

2. Seorang di antara kedua individu yang terlibat didalamnya (pewawancara) menerima atau ditugaskan dan bertanggung jawab untuk menolong individu yang lainnya.

3. Orang yang diwawancarai mempunyai masalah, kebutuhan,hambatan, atau frustasi yang ingin diubahnya, dilenyapkannya, atau dilengkapi ataupun dipuaskannya.

4. Kesejahteraan ataupun kepentingan individu yang diwawancarai merupakan pusat perhatian yang dipentingkan.

5. Kedua individu yang terlibat dalam wawancara itu berkehendak untuk mencoba menemukan pemecahan kesulitan yang dihadapi individu yang diwawancarai.[8]


3. Ragam Tekhnik-Tekhnik Konseling[10]
1. Perilaku Attending
Disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik adalah merupakan kombinasi ketiga komponen tersebut sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik dapat : (1) meningkatkan harga diri klien; (2) menciptakan suasana yang aman; (3) mempermudah ekspresi klien dengan bebas.

Berikut ini dikemukakan penampilan ( attending ) yang baik.
1). Kepala; melakukan anggukan jika setuju.
2). Ekspresi wajah; tenang, ceria, senyum.
3). Posisi tubuh; agak condong kearah klien, jarak konselor-klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4). Tangan; variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan gerakan-gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
5). Mendengarkan; aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam ( menanti kesempatan bereaksi ), perhatian terarah pada lawan bicara.


2. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending tidak ada empati.
Empati ada dua macam: 1). Empati primer ( primary empathy) yaitu suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien. Tujuannya adalah agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. (2). Empati tingkat tinggi ( advanced accurate empathy ) yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaaan, pikiran, keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.

Jika melakukan empati konselor harus mampu:
1). Mengosongkan perasaan dan pikiran egoistic
2). Memasuki dunia dalam klien
3) melakukan empati primer dengan mengatakan:

-“saya dapat merasakan bagaimana perasaan saudara”

-“saya dapat memahami pikiran anda”

4). Melakukan empati tingkat tinggi dengan mengatakan:

-“saya merasakan apayang saudara rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman anda itu”.

3). Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan,pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Refleksi ada 3 jenis yaitu: (1) refleksi perasaan, (2) refleksi pengalaman dan (3) refleksi pikiran.

4). Eksplorasi

Adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini penting karena kebanyakan klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang.

5). Menangkap pesan utama ( paraphrasing)
Untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan, dan pengalamannya, seorang konselor perlu menangkap pesan utamanya, dan menyatakannya secara sederhana dan mudah dipahami disampaikan dengan bahasa konselor sendiri.

6). Bertanya untuk membuka percakapan
Kebanyakan calon konselor sulit untuk membuka percakapan dengan klien. Hal ini karena sulit menduga apa yang dipikirkan klien sehingga pertaanyaan menjadi pas. Untuk memudahkan membuka percakapan seorang calon konselor dilatih keterampilan bertanya dalam bentuk open-ended yang memungkinkan munculnya pertanyaan baru dari klien.

7). Bertanya tertutup ( closed Questions)
Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka ( open questions ), akan tetapi juga ada yang tertutup yaitu bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata apakah,adakah, dan harus dijawab klien ya atau tidak atau dengan kata –kata singkat.

8). Dorongan ( Minimal Encouragement )
Yang dimaksud dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakaan klien, dan memberikan dorongan singkat seperti oh.. ya... terus… lalu… dan …

9). Interpretasi
Yang dinamakan interpretasi Upaya konselor untuk mengulas pemkiran, perasaan, dan perilaku/pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori,.
Tujuan utama tekhnik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.

10). Mengarahkan
Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh didalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Keterampilan yang dibutuhkan untuk maksud tersebut adalah mengarahkannya agar dia berbuat sesuatu, atau dengan kata lain mengarahkannya melakukan sesuatu.

11). Menyimpulkan sementara ( summarizing )
Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan makin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konslor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan.

12). Memimpin ( leading )
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang, seorang konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan.

13). Focus
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat focus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Focus membantu klien untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.

14). Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu tehnk konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan ( perbuatan ), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.

15). Menjernihkan
Adalah suatu keterampilan untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan.

16). Memudahkan
Adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.

17). Diam
Tujuan diam adalah: 1) menanti klien sedang berpikir; 2) sebagai protes jika klien ngomong berbelit-belit, 3) menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.

18). Mengambil inisiatif
Mengambl insiatif perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk berbcara, sering diam, dan kurang partisipatif.

19). Memberi Nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidakk.

20). Pemberian informasi
Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakana bahwa tidak mengetahui hal itu.

21). Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling seorang konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana barupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya.

22). Menyimpulkan

Pada akhir sesi konseling konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut: 1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan; 2) memantapkan rencana klien; 3). Pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikut.



KESIMPULAN

Yang dimaksud dengan penyakit Manusia modern dalam tulisan ini adalah gangguan psikologis yang diderita oleh manusia yang hidup dalam lingkungan peradaban modern. Manusia modern idealnya adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dengan kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern mestinya lebih bijak dan arif, tetapi dalam kenyataannya banyak manusia yang kualitas kemanusiaannya lebih rendah dibanding kemajuan berfikir dan teknologi yang dicapainya. Akibat dari ketidak seimbangan itu kemudian menimbulkan gangguan kejiwaan.

Kehidupan manusia modern yang cenderung materialistis dan terjebak kapitalis, sangat mengagungkan kenikmatan duniawi,menghendaki kebebasan dalam dunia biologis, ingin mencari harta sebanyak-banyaknya, kemudian dihabiskan untuk bersenang-bersenang secara fisik dan inderawi. Sebagian besar manusia modern menurut achmad mubarok (2003) terperangkap dalam budaya modern yang membuatnya menderita. Achmad mubarok menjelaskan manusia modern tersebut cenderung sudah kehilangan makna hidupnya, menjadi manusia yang kosong.

Banyak manusia modern yang sebenarnya tidak menemukan lagi makna hidupnya, dan mengidap berbagai gangguan psikis.


REFERENSI
Mubarok, Achmad (2000) Konseling Agama Teori dan Kasus,Jakarta: Bina Rena Pariwara.

.Ketut Dewa Sukardi, (1988 ), Bimbingan Dan Konseling.Jakarta.Bina Aksara.

Erhamwilda, (2009),Konseling Islami.Yogyakarta,Graha I

M Yusuf,Jamil, (2012), Model Konseling Islami: suatu pendekatan religius di tengah-tengah keragaman pendekatan konseling diindonesia,Jakarta: ArraniryPres.

S Willis, Sofyan, (2009), Konseling Individual, Teori Dan Praktek, Bandung: Alfabeta Cv,



[1] M Yusuf,Jamil, (2012), Model Konseling Islami: suatu pendekatan religius di tengah-tengah keragaman pendekatan konseling diindonesia,Jakarta: ArraniryPress, hal 6.

[2] Mubarok, Achmad,(2000), Konseling Agama Teori dan Kasus,Jakarta:Bina Rena Pariwara..hal 158

[3] Erhamwilda, (2009), Konseling Islami.Yogyakarta,Graha Ilmu..hal 52-53

[4] Erhamwilda, (2009) Konseling Islami.Yogyakarta,Graha Ilmu.hal 57


[5] M Yusuf,Jamil, (2012), Model Konseling Islami: suatu pendekatan religius di tengah-tengah keragaman pendekatan konseling diindonesi,jakarta: ArraniryPress, hal 15.

[6] Erhamwilda, (2009), Konseling Islami, Yogyakarta, Graha Ilmu..hal 62-64


[7] M Yusuf,Jamil, (2012), Model Konseling Islami: suatu pendekatan religius di tengah-tengah keragaman pendekatan konseling diindonesi,jakarta: ArraniryPress, hal 7

[8] Ketut Dewa Sukardi,(1988), Bimbingan Dan Konseling.Jakarta.Bina Aksara., hal 176

[9] M Yusuf,Jamil, (2012), Model Konseling Islami: suatu pendekatan religius di tengah-tengah keragaman pendekatan konseling diindonesi,jakarta: ArraniryPress, hal 19


[10] S Willis, Sofyan, (2009), Konseling Individual, Teori Dan Praktek, Bandung: alfabeta, cv, hal 160.









0 komentar:

Post a Comment

berkomentarlah dengan bijak dan sesuai topik

Konseling Terhadap " Pengidap Penyakit Manusia Modern"